Karier Akademi Militer
Pada tahun 1970, Prabowo memutuskan untuk masuk di Akademi Militer Nasional (AMN) yang ada di Magelang, Jawa Tengah, atas sponsor Kepala Kordinator Intelijen Negara yang pada saat itu dijabat oleh Sutopo Juwono. Di akademi ini, Prabowo mulai mengenal dunia militer, mulai dari strategi bertahan hidup (sebagai tentara), strategi perang, sampai peralatan alusista.
Prabowo mengaku bahwa meski sejak kecil ia sangat menyukai dunia militer, namun baru kali ini cita-citanya kesampaian. Sebelum masuk di akademi militer ini, Prabowo sebenarnya sudah diterima di University of Colorado dan George Washington University, Amerika Serikat. Akan tetapi, ia malah lebih memilih belajar di akademi militer daripada belajar di bangku kuliah.
Setelah empat tahun berjalan, Prabowo menamatkan pendidikannya di AMN. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), cikal bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dari sini, karier Prabowo mulai melejit, apalagi setelah ia menikah dengan Siti Hediati Heriyadi (mbak Titik) yang tak lain adalah putri Presiden Soeharto pada saat itu.
Dalam sebuah catatan sejarah, disebutkan bahwa pada tahun 1976, Prabowo berhasilmenjadi Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha. Setahun kemudian, Prabowo juga berhasil menjadi Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha. Sementara, setelah menikah, Prabowo berhasil menjadi Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus tahun 1983-1985. Kemudian, ia berhasil menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad tahun 1985-1987.
Karier Prabowo ternyata tidak berhenti sampai di sini. Ia pun menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad pada tahun 1987 sampai tahun 1991, Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad tahun 1991-1993, Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus tahun 1993-1995, Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus pada tahun 1994, Komandan Komando Pasukan Khusus tahun 1995-1996, hingga akhirnya ia berhasil menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada tahun 1998.
Menyikapi karier Prabowo yang cepat melejit ini, Soemitro, ayah Prabowo berkomentar, “Kenaikan pangkat yang cepat dari anak saya itu sudah jelas mengundang ketidaksenangan bagi beberapa orang. Kondisi kecemburuan seperti ini sudah merupakan sifat umum dari manusia dimana pun.
Comments
Post a Comment